Natal Membawa Dampak Perubahan Bagi Bangsa
JAKARTA, Posindonesia.net –
12 Desember 2025 – Rapat Persiapan Perayaan Natal Nasional 2025 yang dipimpin Ketua Umum Panitia Natal Nasional, Maruarar Sirait—akrab disapa Bang Ara—menegaskan kuatnya orientasi sosial dalam perayaan Natal tahun ini. Rapat yang berlangsung pada Jumat (12/12) di Graha Oikumene Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) tersebut menunjukkan bahwa lebih dari 70 persen agenda Natal Nasional diarahkan pada aksi sosial dan kemanusiaan yang berdampak langsung bagi masyarakat.
Dalam rapat tersebut, Maruarar Sirait mengkonsolidasikan seluruh bidang kerja panitia dan memastikan setiap bidang telah berjalan sesuai perencanaan serta menunjukkan progres yang baik. Ia menekankan pentingnya kerja yang terukur, efektif, dan berorientasi pada dampak nyata. Rapat ini juga dihadiri Panitia Pelaksana Natal Nasional, Pdt. Jason J. Balompapueng, bersama sekretaris dan bendahara panitia.
Perayaan puncak Natal Nasional 2025 dijadwalkan berlangsung pada 5 Januari 2026 di Indoor Tennis Stadium Senayan, Jakarta. Pemilihan lokasi ini merupakan bagian dari komitmen kesederhanaan yang diusung panitia, sekaligus mencerminkan pergeseran fokus dari perayaan berskala besar menuju perayaan yang lebih bermakna dan berdampak.
Ketua Umum PGI, Pdt. Jacklevyn Frits Manuputty, dalam wawancara di sela rapat, menegaskan bahwa Natal Nasional 2025 secara sadar dirancang sebagai perayaan yang “sederhana namun berdampak”. Menurutnya, esensi Natal harus dihadirkan melalui tindakan nyata yang menyentuh persoalan kemanusiaan dan sosial, bukan semata seremoni.
Komitmen tersebut diwujudkan melalui berbagai program sosial berskala nasional, termasuk penyaluran dana miliaran rupiah untuk bantuan kebencanaan di sejumlah wilayah terdampak seperti Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Pulau Jawa. Pdt. Manuputty merinci bahwa program sosial tersebut mencakup pemberian beasiswa pendidikan bagi 1.000 anak, pengadaan 35 unit ambulans yang akan disalurkan ke 10 provinsi, renovasi 100 gereja, serta distribusi sekitar 10.000 paket sembako kepada masyarakat.
Sebagai bagian dari semangat kesederhanaan, kapasitas acara puncak yang berkisar 3.800 hingga 4.000 orang akan dimanfaatkan secara inklusif. Dari jumlah tersebut, sekitar 3.000 undangan dialokasikan khusus bagi kelompok penerima manfaat, seperti Guru Sekolah Minggu dan anak-anak penyandang disabilitas. Setiap undangan dari kelompok ini juga direncanakan menerima bantuan tunai sebesar Rp1.500.000,00.
Pdt. Manuputty menegaskan bahwa Natal Nasional dimaksudkan sebagai kesaksian iman yang terbuka bagi semua lapisan masyarakat. Bantuan yang diberikan tidak dibatasi oleh latar belakang agama atau identitas tertentu. Bahkan, sebagian donatur besar yang terlibat diketahui berasal dari luar komunitas Kristen, menegaskan sifat universal dari gerakan kemanusiaan ini.
Terkait ibadah puncak, ia menyampaikan bahwa tradisi pengisian khotbah secara bergantian akan tetap dilanjutkan. Pada Natal Nasional mendatang, khotbah direncanakan akan diisi oleh perwakilan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) atau dari kalangan Katolik, sebagai simbol kebersamaan lintas denominasi.
Di sisi lain, anggota panitia Junivert Girsang menjelaskan bahwa Panitia Natal Nasional telah lebih dahulu menyalurkan bantuan kemanusiaan di Sumatera Utara. Bantuan tersebut menjangkau 10 titik lokasi berbeda, terutama di sekitar Kota Medan, yang sebelumnya belum tersentuh bantuan dari pihak lain. Proses penyaluran berlangsung cepat dan efektif, hanya memakan waktu sekitar lima hari.
Junivert menuturkan bahwa respons masyarakat sangat positif. Ia menyaksikan langsung kondisi warga yang sangat membutuhkan uluran tangan, baik secara material maupun moral. Selain bantuan logistik, panitia juga memberikan dukungan spiritual melalui doa bersama, dengan harapan masyarakat dapat segera pulih dari trauma dan kesulitan yang dialami.
Dalam rapat tersebut, berbagai bidang juga mempresentasikan program kerja masing-masing, termasuk Bidang Kesehatan dan Bidang Konsumsi. Untuk menjamin keamanan dan kelancaran acara puncak, Tim Medis menyiapkan dua tenda kesehatan berukuran 6×4 meter, enam meja, 24 kursi, enam unit handy talkie untuk komunikasi lapangan, serta 25 name tag bagi petugas medis dan panitia.
Rapat juga memaparkan rencana pelaksanaan Natal Nasional 2025 di Papua Pegunungan. James Riady menjelaskan bahwa program di wilayah tersebut mencakup pembagian paket Natal bagi anak dan guru, lampu tenaga surya, paket gizi, serta radio pendidikan untuk daerah terpencil. Program ini menyasar anak sekolah, guru pedalaman, komunitas, dan keluarga sekitar sekolah dengan total anggaran sekitar Rp1,53 miliar, termasuk biaya logistik ke wilayah pegunungan, dan berfokus pada dampak sosial serta pendidikan berkelanjutan.
Turut hadir dalam rapat tersebut Gubernur Nusa Tenggara Timur, Emanuel Melkiades Laka Lena, yang menyatakan kesiapan pemerintah daerah untuk menerima dan menyalurkan bantuan dari Panitia Natal Nasional kepada masyarakat NTT.
Sebagai simbol perayaan, Natal Nasional 2025 juga akan menampilkan Pohon Natal Buah berukuran monumental setinggi delapan meter dengan diameter bawah 3,5 meter. Struktur pohon menggunakan konstruksi besi dan baja ringan, dihiasi berbagai buah lokal seperti jeruk Medan. Maruarar Sirait menegaskan bahwa seluruh buah yang digunakan berasal dari hasil pertanian dalam negeri, sebagai bentuk dukungan terhadap petani lokal dan penegasan nilai kesederhanaan yang diusung Natal Nasional tahun ini.
(Pewarna)










