Membunuh atau Terbunuh”, doktrin teroris WNA yang melarikan diri menusuk 5 petugas 1 meninggal.l | POSINDONESIA.NET
class="post-template-default single single-post postid-2844 single-format-standard custom-background wp-custom-logo" id="top">
mgid.com, 749657, DIRECT, d4c29acad76ce94f

Membunuh atau Terbunuh”, doktrin teroris WNA yang melarikan diri menusuk 5 petugas 1 meninggal.l

Posted by:

Jakarta, posindonesia.net

Tiga dari empat warga Uzbekistan yang ditangkap oleh Densus 88 dan Dirjen Imigrasi minggu lalu, kemarin 10/04/23 melarikan diri dari Detensi Imigrasi Kelapa Gading, Jakarta Utara.

Mereka menjebol plafon ruangan detensi setelah makan sahur dan mengambil pisau dari ruangan dapur.

Setelah mendapatkan pisau, mereka secara membabi buta menusuk 3 petugas Imigrasi dan 2 anggota Densus 88 yang sedang makan sahur dan bersiap-siap untuk sholat Shubuh.

1 petugas Imigrasi meninggal dunia dan 4 lainnya luka berat dan ringan.

Tim Gabungan kemudian melakukan pencarian terhadap 3 tahanan yang kabur dan berhasil menangkap kembali. 1 diantaranya ditemukan meninggal tenggelam di kali Sunter.

1 ditangkap di seputaran kebun belakang Ruko Bukit Gading Indah dan 1 lagi ditangkap di gorong-gorong sekitar Kali Sunter.

Dari hasil pemeriksaan mereka melarikan diri untuk menghindar dari deportasi ke Uzbekistan. Mereka sadar akan menghadapi hukuman berat di negaranya.

Tapi kemudian, akibat tindakan pelanggaran hukum pidana itu mereka harus mempertanggungjawabkan perbuatannya dengan hukum yang berlaku di Indonesia.

Untuk perbuatan terornya, kelak mereka akan tetap berhadapan dengan UU yang berlaku di Uzbekistan, mengingat perbuatan terornya banyak dilakukan di Uzbekistan dan Kyrgyztan.

Sejak kedatangan mereka ke Indonesia, Densus 88 telah mendeteksi tingkat bahaya “Kelompok Uzbek” ini.

Minggu lalu mereka ditangkap secepatnya sebelum menyebarkan ideologinya secara masif dan meringkus kembali dalam tempo kurang dari 12 jam setelah melarikan diri.

Setelah kasus ini, mereka dipindahkan ke penjara dengan pengamanan maksimum di Polda Metro Jaya.

Inilah tingkat bahaya doktrin ideologi kekerasan yang terlanjur dimiliki oleh siapapun. Jangan pernah menyepelekan sebuah ideologi yang sudah terlanjur berada di “pojokan otak”.

Ketika seseorang merasa tersudut dan memiliki momentum untuk melakukan perlawanan, ia akan melakukan apapun dengan risiko apapun; mereka siap membunuh atau terbunuh.

arfaiz / posindon

[otw_is sidebar=otw-sidebar-7]

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below

No Responses

Comments are closed.